Humaniora

Soemitronomics Jadi Landasan Fiskal Indonesia, Ini Penjelasan Purbaya

JAKARTA – Pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati yang menyampaikan simbol Globalisasi Fiskal dan Tata Kelola NEOLIBERAL— kepada Purbaya Yudho Sadewa (PYS), bukanlah rotasi “biasa biasa saja”. Semua terkejut dengan pilihan Presiden Prabowo Subianto.

Dia adalah ciri nasional yang tegas: Indonesia tengah keluar dari selimut Konsensus Washington dan mulai membangun perekonomiannya di atas landasanisme baru yang lebih berdaulat dan berpihak pada rakyat.

Dan nama untuk doktrin ini telah muncul: SOEMITRONOMICS -merujuk pada Prof. Soemitro Djojohadikusumo, arsitek ekonomi nasional yang telah lama memperjuangkan ekonomi pembangunan berbasis sumber daya dan keberpihakan negara kepada rakyat.

Prof.Soemitro Djojohadikoesoemo adalah ayah dari Presiden RI ke 8 Prabowo Subianto, Bianti Djiwandono serta Hashim Djojohadikusumo.

Dilansir dari semarak.co, Soemitronomics bukan sekadar strategi ekonomi, ia adalah visi kebangsaan yang ingin memulihkan kepercayaan negara pada kekuatan dirinya sendiri. 

Dalam pandangan Soemitro, ekonomi nasional tidak bisa diserahkan hanya pada mekanisme pasar.

Negara harus hadir sebagai pengatur, pelindung, dan penggerak utama, terutama dalam strategi sektor-sektor dan hajat hidup rakyat banyak.

Perekonomian Indonesia harus dibangun bukan untuk memenuhi target IMF, namun untuk menyejahterakan petani, buruh, nelayan, dan anak muda Indonesia.” –Prabowo Subianto, Klaten, 2025.

Purbaya bukan ekonom yang dicetak dari Washington. Dia bukan “anak emas” Bank Dunia.

Dia adalah seorang ekonom lapangan yang akrab dengan data, korupsi ekspor, dan dia sangat akrab dengan jurnalis di meja ekonomi makro tempat lulusan ITB hingga Universitas Purdue yang bergaul dengan Jurnalis.

Selama menjadi staf ahli Menkoperekonomian Era Hatta Rajasa, Mas Pur-demikian sapaan akrabnya sering berdiskusi sekaligus mendengar pandangan dari Forkem-forum jurnalis yang biasa meliput di lapangan banteng yakni pos liputan ekonomi makro.

“Yang menarik Soemitronomics mempelajari krisis 1930-1933 di AS dari sisi base money, ternyata dia seorang monetaris, itu kan Indonesia belum ada, sudah jauh didepan kita semua pemikirannya” kata Purbaya via YouTube Katadata Indonesia pada Juni 2025.

“Apakah Pengetahuan itu ketika membantu memecahkan masalah pada saat ini, apakah pemikiran Prof Soemitro masih relevan?” Tanya Purbaya.

Menurut Purbaya yang saat memaparkan presentasinya masih menjabat sebagai ketua Dekom LPS menyatakan Era SBY: Sektor swasta lebih berperan, Era Jokowi: Pemerintah lebih berperan dengan program pemerataan lebih kuat hingga

Era Prabowo: Program yang langsung pro rakyat meningkatkan stabilitas ekonomi, sosial dan politik.

“Jadi peran swasta dan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berimbang sesuai ajaran Prof Soemitro” tambah Purbaya.

Salah satu contohnya adalah Jepang yang mampu mendorong pertumbuhan ekonominya dengan konsistensi diatas 10 persen selama 10 tahun dalam kurun waktu 1960-1969 (periode keajaiban ekonomi Jepang) dibawah kepemimpinan PM Hayato Ikeda.

Jadi menurut Purbaya, Ketidakpastian ekonomi global, sudah menjadi keniscayaan saban tahun dan mempengaruhi perekonomian nasional. 

Namun, secara keseluruhan pemerintah mampu menjaga dan mengelola permintaan domestik, maka optimisme perekonomian akan tumbuh sangat terbuka.

“Jurus kearifan lokal itu bahkan sudah diperkenalkan jauh sebelum Indonesia Merdeka oleh Profesor Soemitro Djojohadikusumo Tepatnya pada tahun 1943 yang memperkenalkan konsep trilogi pembangunan,” kata Purbaya. 

Soemitro menyebut Purbaya dalam desertasinya memperkenalkan trilogi pembangunan yang menekankan pada tiga pilar yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan manfaat pembangunan dan stabilitas nasional yang dinamis. 

Bisa dibilang, Sumitronomics berusaha menyatukan pertumbuhan ekonomi dengan keadilan sosial.

 Beberapa analisis menganggap pendekatan ini sebagai jalan tengah antara efisiensi pasar dan keadilan sosial, dengan peran aktif pemerintah dalam mengarahkan dan mengatur ekonomi.

Singkatnya, Purbaya meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi ekonomi yang memang naik dan turun. Begitu juga dengan kondisi perekonomian saat ini yang dibilang banyak orang tengah terguncang oleh kondisi global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *